Cari Blog Ini

Arsip Blog

Minggu, 17 Juli 2011

Makalah Pendekatan Pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN


A.    Definisi Pendidikan
Menurut Ernest Hemingway, pendidikan kegiatan yang harus berfungsi sebagai a bulit in shockproof crap detector, yaitu alat pendeteksi kebodohan dan keadaan yang kedap kejut atau tahan bantingan dan tetap. David Reisman mengatakan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang harus berwujud lembaga yang mampu counter cyclical , yaitu sekolah harus lebih banyak mengajukan dan menanamkan nilai dan norma-norma yang tidak banyak dikemukakan oleh kebanyakan lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat. Sekolah harus bertindak sebagai agent of change dan creative.
Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan adalah seni mengajar karena dengan mengajarkan ilmu, keterampilan dan pengalaman tertentu, orang akan melakukan perbuatan kreatif. Mendidik tidak semata-mata teknis, metodis, dan mekanis mengoperkan skill kepada anak tetapi merupakan kegiatan yang berdimensi tinggi dan berunsur seni yang bernuansa dedikasi, emosional, kasih sayang dalam upaya membangun dan membentuk kepribadian. Dinamakan seni karena kegiatan pendidikan dilandasi oleh rasa kemanusiaan, simpati dan kecintaan.
John Dewey, Education is all one growing, is has no end beyond itself (Encyclopedia Americana, 1978), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas tahun 2001).
Dari definisi di atas dapat diperoleh pengertian pendidikan sebagai kegiatan makro, namun sebenarnya apabila secara khusus dicermati akan diperoleh pemahaman bahwa dalam pendidikan terdapat kegiatan yang dinamakan kegiatan belajar sebab dalam pendidikan terdapat perbuatan belajar, baik oleh peserta didik maupun pendidik. Dalam belajar ini terjadi pengkondisian sehingga terbentuk habit berupa tingkah laku yang semakin terampil dan efisien. Kegiatan belajar (learning diartikan sebagai kegiatan intensional bertujuan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif permanen, lebih maju dan lebih efisien).
Menurut Noeng Muhadjir (1995:1-7), hakekat pendidikan mencirikan aktivitas edukasional yang khas yang berbeda dengan perbuatan umumnya. Oleh karena itu kegiatan dinamakan pendidikan apabila memiliki indikasi sebagai berikut :
1.      Ada pihak yang memberi dan menerima;
2.      Mempunyai program pendidikan dan kurikulum;
3.      Personifikasi pendidik.

B.     Pendekatan Pendidikan
1.      Pendekatan Reduksionisme
Pendekatan tentang hakekat pendidikan ini dinamakan dengan reduksionisme karena dalam pandangannya berusaha menyederhanakan konsep pendidikan (reduksi) sehingga dapat mudah dipahami konsep pandangan yang ingin ditandaskan, Tilaar (1999:19-32) mengelompokkan pendekatan ini meliputi enam teori, yaitu :
a.      Pendekatan Pedagogisme
Pendekatan ini termasuk pendekatan yang sudah kuno sehingga titik tolaknya bertumpu dari teori Nativisme dari Schopenhauer yang berpendapat bahwa sesungguhnya peserta didik sejak awal telah mempunyai potensi yang siap dikembangkan sehingga tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi secara optimal. Hakekat pendidikan dengan demikian merupakan kegiatan pengembangan potensi peserta didik.
Pendekatan yang sangat menekankan pada pengembangan potensi peserta didik ini telah melahirkan konsep chils centered education (pendidikan berpusat pada anak). Pada satu sisi, peserta didik memang sangat positif namun sisi kelemahannya kemudian mengisolasikan peserta didik dengan kehidupan sosial karena terlalu memfokuskan pada pengembangan siswa. Kurikulum pembelajaran akan terisi program yang melayani needs peserta didik, cenderung melupakan hakekat peserta didik yang merupakan bagian dari masyarakatnya.
b.      Pendekatan Filosofis
Pendekatan ini bertitik tolak dari pertentangan mengenai hakekat  manusia dan hakekat anak. Dalam pandangan pendekatan ini anak berbeda dengan orang dewasa sehingga anak bukan orang dewasa yang berbentuk kecil.
c.       Pendekatan Religius
Pendekatan tentang hakekat pendidikan ini memandang bahwa hakekatnya manusia adalah mahluk religi, sehingga kegiatan pendidikan adalah kegiatan yang mengantarkan pada keadaan manusia sebagai mahluk ke Tuhanan. Pendekatan ini sangat memperoleh pengaruh pada sekolah yang menganut pendidikan keagamaan seperti sekolah kejuruan keagamaan. Pada pendidikan reguler pun adanya mata pelajaran pendidikan agama menunjukkan adanya pengaruh pendekatan religius pada pendidikan di Indonesia.
d.      Pendekatan Psikologis
Permulaan abad 20 pendekatan ini memperoleh momentumnya ketika lahir ilmu pendidikan. Kuatnya pendekatan ini maka telah melahirkan pandangan pendidikan yang sangat behavioristik (mengacu pada tolok ukur perilaku) sehingga pengaruhnya sampai pada munculnya taksonomis Bloom yang sangat mengkuantifikasikan hasil belajar sebagai suatu yang eksak melalui ukuran-ukuran yang behavioristik. Di Indonesia kuantifikasi hasil belajar ini sangat terasa sekitar tahun 70-an.
Pendekatan psikologis merambah pada semua sektor pendidikan karena toeri psikologis diadopsi ke dalam ilmu pendidikan terutama dalam teori belajar. Akibatnya seolah-olah pendidikan adalah teori belajar saja. Hakekatnya adalah proses belajar sehingga pendidikan adalah pembelajaran peserta didik.

e.       Pendekatan Negativis
Menurut Negativisme ini ada tiga teori pendidikan yang sifatnya negatif. Pertama, teori yang menyatakan bahwa tugas pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dalam kegiatan ini sangat penting dihindarkan adanya intervensi hal-hal yang merugikan pertumbuhan peserta didik. Hakekat pendidikan adalah mengisolasikan hal negatif dari siswa agar perkembangannya wajar. Mungkin sistem sekolah dengan menggunakan asrama merupakan contoh pendekatan dari aliran ini tentang hakekat pendidikan.
Kedua,  hakekat pendidikan adalah pembudayaan individu. Pandangan kedua tampak ada kontradiksi sebab tidak mungkin dengan langkah pertama (menjaga hal negatif) akan dapat dilakukan langkah pembudayaan mengingat pembudayaan membutuhkan interkasi sosial yang didalamnya akan penuh dengan pengaruh negatif. Jadi langkah kedua (pembudayaan) tersimpan pertentangan dengan langkah pertama (isolasi). Karena demikian, maka pendekatan ini dinamakan dengan negatifisme.
Ketiga, hakekat pendidikan adalah melatih peserta didik menjadi warga negara yang berguna. Konsep ini dipandang tidak realistic sebab tidak mungkin tumbuh menjadi warga negara yang berguna apabila tidak diperkenalkan hal-hal yang sebaliknya sebab kuatnya pribadi apabila mengenal yang negatif pula , seharusnya proses pendidikan yang baik adalah yang memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk belajar mandiri dan mengambil keputusan sendiri secara moral.
f.       Pendekatan Sosiologis
Pendekatan ini mengintrodusir bahwa hakekat pendidikan adalah diarahkan pada kepentingan hidup bersama dalam masyarakat. Dengan demikian identifikasi kebutuhan masyarakat menjadi sangat esensial dalam perumusan materi pelajaran di sekolah sebab sekolah diorientasikan pada kepentingan masyarakat (orientation society).

2.      Pendekatan Holistik
Berbeda dengan pendekatan reduksionisme yang menggunakan orientasi utilitas serta partial, maka dalam pendekatan holistik ini akan diorientasikan secara komprehensif akan hakekat pendidikan.

C.    Karakteristik Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang mempunyai makna kegiatan yang lebih makro seringkali direduksi dalam pemaknaan yang mikro dalam konteks pembelajaran yang sangat terkait dengan kegiatan formal di sekolah. Reduksi pemaknaan pendidikan yang demikian, mengarahkan kegiatan transfomasi pengetahuan mensyaratkan adanya kriteria tertentu yang mengikat.
Setiap negara akan mempunyai corak pendidikan yang berbeda akibat berlainan tujuan serta pandangan tentang hakekat pendidikam. Oleh karena itu Indonesia juga memiliki tujuan serta pandangan yang tersendiri, maka hakekat pendidikan nasional Indonesia mempunyai ciri khas sebagai berikut.
1.      Berlandaskan Nasionalisme kerakyatan yang anti penjajah. Cermin ciri khas pendidikan ini ada dalam semangat kemerdekaan Indonesia.
2.      Pendidikan Nasional Indonesia berakar dari kebudayaan bangasa Indonesia. Pendidikan disusun dengan memanfaatkan hasil budaya bangsa seperti penggunaan bahasa melayu sebagai bahasa resmi negara, memasukkan sejarah Indonesia, geografi sosial dan sebagainya.
3.      Sistem Pendidikan Nasional berakar pada kebinekaan, maknanya bahwa pendidikan indonesia harus menyerap dan mengembangkan karakter geografis, demografis, sosial budaya dan politik kedaerahan di seluruh Indonesia dalam rangka persatuan. Sistem pendidikan nasional harus mengembangkan croos cutting baik budaya, politik sehingga pendidikan difungsikan sebagai perekat bangsa (nation glue). Dalam perkembangan mutakhir di tahun 2000 mulai dikembangkan sistem pendidikan multikultular terutama oleh Departemen Agama.
4.      Fungsi Pendidikan Nasional Indonesia memiliki kekhususan yaitu untuk mengembangkan kemampuan bangsa bukan sekedar untuk mencerdaskan bangsa, menyiapkan tenaga kerja dan mutu hidup. Dalam hal tertentu pendidikan Indonesia diarahkan untuk memantapkan ketahanan nasional dan menggalang persatuan (integrasi) bangsa yang multi etnis. Karakteristik pendidikan nasional Indonesia yang diarahkan pada pertahanan sangat penting karena Indonesia sangat rentan terhadap ancaman disintegrasi bangsa mengingat lebih 250 etnis bermukim di Indonesia.
5.      Pendidikan Nasional Indonesia mempunyai kekhususan dalam hal tujuan pendidikan yaitu pengembangan manusia seutuhnya. Pada negara lain pendidikan ditujukan untuk pembentukan skill maupun sebatas mencerdaskan warganya sebab pendidikan dianggap investasi dan sekuler. Untuk Indonesia ditujukan untuk pembentukan manusia seutuhnya karena berpandangan bahwa pendidikan adalah sarana pengajaran dan sarana pendidikan agama dan budi pekerti.
6.      Pendidikan Nasional Indonesia menganut pendidikan seumur hidup walaupun pengaturan pendidikan di Indonesia sebatas pendidikan formal saja. Sebagai konsekuensinya maka pendidikan menjadi tanggung jawab negara, keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan karakteristik di atas, maka pendidikan Indonesia memberikan definisi hakekat pendidikan sebagai kegiatan sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

D.    Hakekat Pendidikan Dalam Perspektif Fungsi
Pendidikan yang dimaknakan dalam pengertian sempit, yaitu pendidikan di sekolah / pengajaran. Dalam perspektif fungsional akan dapat diklasifikasi hakekat pendidikan sebagai fungsi transformasi, pendidikan sebagai fungsi penyiapan warga negara (civilisasi), pendidikan sebagai fungsi pembentukan pribadi dan pendidikan sebagai kegiatan penyiapan tenaga kerja (vokasional) (Umar Tirtaharja 1994:36). Dalam tinjauan ini bukan diarahkan hakekat pendidikan sebagai kegiatan interaksi, tetapi kegiatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian hakekat pendidikan dapat ditinjau dari aspek kegiatan interaksinya dan dalam tinjauan tujuan yang hendak dicapai.
1.    Pendidikan Sebagai Fungsi Transformasi Budaya
Dalam tinjauan ini pendidikan dimaknakan sebagai fungsi pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya tentang beberapa hasil kehidupan maupun akumulasi budaya manusia. Tugas hidup manusia dalam tinjauan ini adalah melengkapkan diri dengan material budaya agar kelak dapat hidup di masyarakat.
2.    Pendidikan Sebagai Fungsi Pembentukan Pribadi
Selama ini memang diakui dengan tuntutan zaman yang semakin kompleks, sewaktu-waktu yang dimiliki anak lebih banyak habis di sekolah. Pengaruh peer group (teman sebaya) menjadi sangat penting dalam penentuan karakter anak didik, bahkan dalam pendidikan di asrma, peran teman sebaya dalam membentuk kepribadian sangat dominan. Oleh karena itu pendidikan yang alokasi waktunya telah menyerap sebagian besar waktu yang dimiliki anak didik dapat difungsikan sebagai sarana efektif dalam membentuk pribadi.
3.    Pendidikan Sebagai Fungsi Penyiapan Warga Negara
Pengkajian hakekat pendidikan dalam perspektif ini lebih menekankan pada pendidikan sebagai upaya civilisasi sehingga pendidikan ditempatkan sebagai instrumen negara untuk menjadikan warga negara menjadi masyarakat yang baik. Hakekat pendidikan leboh condong pada politik pendidikan. Selama ini sarana yang paling manjur untuk mewarganegarakan masyarakat hanya melalui pendidikan, oleh karena itu dalam porsi tertentu selalu dalam kurikulum dimasukan materi yang bermuatan pendidikan kewarganegaraan tersebut.
4.    Pendidikan Sebagai Fungsi Penyiapan Tenaga Kerja
Kajian ini sangat liberal bahkan dehumanisasi sebab seolah peserta didik dianggap sebagai input pabrik yang dogodog oleh sekolah untuk dijadikan output berupa tenaga kerja yang diserap dunia vocasional. Hakekat pendidikan menjadi sangat ritmik tidak ada sentuhan manusiawi. Yaitu pendidikan sebagai sebatas kegiatan menanamkan skill bagi proses terbentuknya tenaga terampil. Untuk Indonesia hakekat pendidikan yang menggambarkan proses demikian mekanis ini banyak ditentang.
Walaupun demikian sebagai proses mekanistik tetap penting tetapi harus diimbangi dengan sentuhan manusiawi berupa pendidikan humaniora (budaya). Dalam periode Indonesia memasuki industrialisasi memang ingin menuju pendidikan sebagai proses penyiapan tenaga kerja sangat kuat sehingga semua diarahkan pada pencapaian keunggulan teknologi. Dalam kasus ini berapa lembaga pendidikan yang dikorbankan untuk ditutup karena orientasinya tidak ke teknologi. Pembangunan yang mengikuti pola tinggal landas sangat mendorong pada lahirnya hakekat pendidikan yang berfungsi sebagai penyiapan tenaga kerja.


BAB III
KESIMPULAN


Pada hakekatnya manusia merupakan perpaduan antara word and work, karena pada hakekatnya manusia (peserta didik) adalah perpaduan antara fungsi berpikir, berbicara dan berbuat. Pendidikan harus mengambil bentuk kerangka kerja dimana setiap waktu dalam prosesnya pendidikan harus menstimulasi menuju suatu action, kemudian action tersebut direfleksikan kembali, berdasarkan refleksi tersebut dimunculkan action baru yang lebih baik demikian seterusnya.


DAFTAR PUSTAKA


Jumali, dkk. 2008. Landasan Pendidikan. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Abubakar, Sunardi. 2004. Kewarganegaraan Menuju Masyarakat Madani. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia.

Endra, Surya W. 1979. Kamus Politik. Surabaya : Study Group.

Listyarti, Retno. 2007.  Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Erlangga.

1 komentar: