Cari Blog Ini

Arsip Blog

Minggu, 17 Juli 2011

Makalah Pendidikan Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Slamento ( 1990 : 56 ) faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu.
Pendidikan keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan di luar sekolah yang besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dan pendidikan keluarga yang maksimal, memiliki kecenderungan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi pula terhadap belajar siswa. Sedangkan lemahnya pendidikan keluarga memiliki kecenderungan untuk melemahkan minat siswa dalam belajar dan akan melemahkan pula terhadap prestasi belajar siswa.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Apakah pengertian lingkungan pendidikan keluarga ?
2.      Apakah tujuan, fungsi dan ruang lingkup pendidikan keluarga ?
3.      Bagaimana pentingnya pendidikan keluarga ?
4.      Bagaimana strategi pendidikan keluarga ?

C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan nakalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pengertian lingkungan pendidikan keluarga.
2.      Untuk mengetahui tujuan, fungsi dan ruang lingkup pendidikan keluarga.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pentingnya pendidikan keluarga.
4.      Untuk mengetahui strategi pendidikan keluarga.



BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak yang memberikan sumbangan bagi perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisik anak dalam kehidupannya.
Adapun pengertian keluarga secara etimologi adalah suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan dan tujuan tersebut (Uyoh Sadulloh, 2006 : 182). Sedangkan keluarga menurut istilah adalah dua orang atau lebih yang tinggal bersama dan terikat karena darah perkawinan dan adopsi. B. Boston yang dikutip oleh Ishak Sholeh ( 1983 : 11 ) mengatakan, keluarga adalah suatu kelompok pertalian nasab keluarga yang dapat dijadikan tempat untuk membina / membimbing anak-anak dan untuk pemenuhan hidup lainnya. Sehingga sangat jelaslah bahwa pendidikan keluarga adalah bantuan / pertolongan yang diberikan orang tua kepada anaknya, agar anak itu dapat menjadi dewasa dan senantiasa terarah dalam kehidupannya.
Pendidikan keluarga merupakan bagian jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan ( UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 ).

B.  Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga 
1.      Tujuan Pendidikan Keluarga
Tujuan pendidikan keluarga adalah memelihara, melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang utama dikenal oleh anak sehingga disebut lingkungan pendidikan utama.
Proses pendidikan awal di mulai sejak dalam kandungan. Latar belakang sosial ekonomi dan budaya keluarga, keharmonisan hubungan antar anggota keluarga, intensitas hubungan anak dengan orang tua akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Keberhasilan anak di sekolah secara empirik sangat dipengaruhi oleh besarnya dukungan orang tua dan keluarga dalam membimbing anak.
2.      Fungsi Pendidikan Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
a.       Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.
b.      Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya akan diterima oleh masyarakat luas.
c.       Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota keluarganya.
d.      Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
e.       Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
f.       Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi fisik dan materil yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g.      Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria, hangat dan penuh semangat.
h.      Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua anggota keluarganya.


3.      Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari jawaban pertanyaan “ sampai berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan bertambah ringan, apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya, supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.

C.  Pentingnya Pendidikan Dalam Keluarga
Urgensi dan strateginya penguatan institusi keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia. Brean Frenbrenner dalam Syakrani (2001) mengemukakan bahwa sejak dulu keluarga menjadi wahana pembentukan karakter dan keterampilan dasar manusia. Bahkan Brenner dan Couts menjabarkan lebih luas bahwa keluarga yang tangguh bersama lembaga keagamaan dan politik akan menjadi pilar penyangga terbentuknya civil society.
Betapa pentingnya pendidikan keluarga bagi anak-anak yang sedang berkembang. Pentingnya pembentukan sumber daya manusia berbasis keluarga juga bisa dilihat dari konsep investment in children memahami perlunya penguatan keluarga sebagai wahana pengembangan sumber daya manusia dari sudut pandang orientasi nilai dan perkembangan daya nalar anak.

D.  Strategi Pendidikan Keluarga
Pendekatan pendidikan keluarga adalah secara terpadu, seimbang antara pendekatan endogenous ( menimbulkan dari dalam ) dan conditioning ( pembisaan, mempengaruhi dari luar ) serta enforcement ( pemaksaan ).
Anak-anak dalam keluarga sangat kuat proses identifikasinya kepada orang tua dalam berbagai tingkah laku, cara berfikir dan cara menyikapi tentang suatu keadaan. Di samping faktor keteladanan, faktor pembiasaan yang didasarkan atas cinta kasih merupakan sarana / alat pendidikan yang besar pengaruhnya bagi pembentukan budi pekerti dan moral.
Di dalam keluarga yang religius terjadi interaksi interpersonal yang bernilai sosial edukatif dan religius. Dan pendidikan agama itu perlu disesuaikan dengan taraf kematangan anak, tingkat penalaran, emosi, bakat, pengetahuan dan pengalamannya. Orang tua yang efektif dalam proses pendidikan ditentukan oleh kemampuannya dalam membimbing dan mengarahkan serta memecahkan persoalan-persoalan secara demokratis.
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola suh, pola asah dan pola asih.
Strategi yang dapat digunakan oleg orang untuk mengembangkan moral dan keterampilannya, yaitu :
a.    Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
b.    Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c.    Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d.   Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
Menurut Popov dkk (1997) orang tua dapat berperan sebagai :
a.    Educator yaitu bisa menciptakan dan menyadari adanya teach able moment dalam keluarga.
b.    Autority yaitu bisa mengembangkan batas-batas normatif.
c.    Guide yaitu bisa share your skills kepada anak-anak.
d.   Conselor yaitu mampu memberi dukungan pada anak ketika mengalami dilema moral.





BAB III
KESIMPULAN


dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa pendidikan lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama tempat anak didik (siswa) menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik, keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan-keterampilan, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Adapun tujuan pendidikan keluarga adalah memlihara, mendidik dan melindungi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sedangkan fungsi dari pendidikan keluarga menurut MI Soelaeman yaitu (1) Fungsi edukatif; (2) Fungsi Sosialisasi; (3) Fungsi Proteksi; (4) Fungsi Afeksi; (5) Fungsi Religius; (6) Fungsi Ekonomi; (7) Fungsi Rekreasi; (8) Fungsi Biologis.
Pentingnya pendidikan dalam keluarga sangatlah jelas karena merupakan wahana pengembangan sumber daya manusia. Di samping itu, tidak terlepas juga berbagai strategi dalam pendidikan lingkungan keluarga sesuai dengan tumbuh kembangnya peserta didik, diantaranya :
a.    Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
b.    Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c.    Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d.   Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
Sedangkan menurut Popov dkk (1997) dapat berperan sebagai :
a.    Educator
b.    Autority
c.    Guide
d.   Konselor


DAFTAR PUSTAKA


Nurteti, Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. IAID Ciamis Jawa Barat

Nurteti, Lilis. 2010. Pedagogik, Pengantar Teori dan Analisis. IAID Ciamis Jawa Barat. Untuk kalangan sendiri.

Arifin, M. Dam Aminudin. 1992. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta.

1 komentar:

  1. artikel ini dibuat 2011, namun referensi UU Sisdiknas TIDAK MEMAKAI NO. 20 tahun 2003, melainkan No. 2 Tahun 1989 ... alamak

    BalasHapus