Cari Blog Ini

Arsip Blog

Minggu, 17 Juli 2011

Makalah Bahasa Arab


BAB I
PENDAHULUAN


Bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa al-Qur’an, bahasa sunnah dan bahasa ilmu pengetahuan. Oleh karena itu mempelajari Bahasa Arab tujuannya adalh untuk dapat memahami Al-Qur’an dan as-Sunnah serta kitab-kitab pengetahuan yang berbahasa Arab secara baik dan benar.
Mempelajari Bahasa Arab tidaklah sama-sama seperti mempelajari bahas-bahasa lain seperti bahas Indonesia, bahasa Inggris dan sebagainya. Berbagai macam ilmu-ilmu yang dipelajari dalam Bahasa Arab. Akan tetapi yang menjadi dasarnya adalah diperlukan memahami tata bahasa Arabnya dahulu, yaitu mampu menguasai Ilmu Nahwu dan Sharaf sehingga memudahkan dalam mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya .
Dalam makalah yang singkat ini penulis mencoba untuk menjabarkan Hakikat dan Majaz sebagai salah satu objek kajian dalam Ilmu Bayan yang menjadi salah satu dari ketiga Ilmu Balagah atau lebih dikenal Semantik Arab.











BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT DAN MAJAZ

A.    MAJAZ LUGHAWI
Majaz lughawi adalah lafaz yang  digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena adanya hubungan  disrtai karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki.Hubungn antara  makna hakiki dan makna majazi itu kadang-kadang karena adanya keserupaan   dan kadang-kadang lain dari itu. Karinah itu ada kalanya Lafdiyah dan ada kalanya Haliyah. Contoh:
قَا مَتْ تُظَالِّلُنِى مِنَ الشَّمْس ٭  نَفْسٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِى 
قَا مَتْ تُظَالِّلُنِى وَمِنْ عَجَبٍ  ٭  شَمْسٌ تُظَالِّلُنِى مِنَ الشَّمْس
      Telah berdiri menaungiku dari teriknya matahari, seseorang yang lebih aku cintai daripada diriku sendiri. Ia telah menaungiku, amatlah mengherankan, bila ada matahari menaungiku dari terik matahari.
Pembahasan:
Dari baris terakhir dua bait pertama ada kata asy-syamsu yang dipakai denagn dua makna: Pertama adalah makna hakiki sebagakmana yang kita kenal, dan makna ynag kedua  adalah orang yang bercahaya wajahnya, yang menyerupai kecemerlangan matahari. Makna yang kedua ini bukanlah makna hakiki. Jika ddiperhatikan maka ditemukan kaitan antara makna pertama yang hakiki dan makna kedua yang bukan hakiki. Kaitan dan hubungan kedua mkana itu disebut dengan Musyabahah (saling menyerupai atau keserupaan) karena seseorang yang bercahaya wajahnya, wajahnya itu menyerupai matahari dalam memancarkan cahaya dan hal ini tidak mungkin menimbulkan ketidakjelasan yang membawa pemahaman bahwa kata syamsun tuzhalliluni adalah menunjukkan makna yang hakiki karena matahari yanh hakiki itu tidaklah akan menaungi. Dengan demikian, kata tuzhalliluni menghalangi kemungkinan dikehendakinya makna yang hakiki, dan oleh karenanya kata itu disebut karinah yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud adalah makna yang lain.

B.     ISTI’AARAH
Isti’aarah adalah tasybih yang dibuang salah satu harafnya. Oleh karena itu, hubungan antara makna hakiki dengan makna majazi adalah musyabahah
1)   Isti’aarah Tashriihiyyah
Isti’aarah Tashriihiyyah Wal-Makniyyah adalah Isti’aarah yang musyabbah bihnya ditegaskan. Contoh dalam firman Allah swt.
ë=»tGÅ2 çm»oYø9tRr& y7øs9Î) yl̍÷çGÏ9 }¨$¨Z9$# z`ÏB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$#
(Ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang….. (QS. Ibrahim: 1)
Pembahasan:
Kata azh-zhulumaat yang digunakan dengan makna kesesatan, dan kata an-nuur yang digunakan denagn makna hidayah dan iman. Hubungan antara makna hakiki dan majazi adalah adanya keserupaan, dan karinahnya adalah haliyah.
2)   Isti’aarah Makniyyah
Isti’aarah makniyyah adalah isti’aarah yang dibuang musyabbah bih-nya,dan sebagai isyarat ditetapkan salah satu sifat khas nya.Contoh Al-hajjaj menyatakan dalam sebuah pidatonya.
إِنِّى َلأَرَى رُؤُوسًا قَدْأَيْنَعَتْ وَحَانَ قِطَا فُهَا وَإِنىِّ لَصَا حِبُهَا
Sesungguhnya aku melihat beberapa kepala yang telah masak dan telah sampai waktu panennya,dan saya adalah pemiliknya.
Pemahaman sekilas adalah bahwa ia menyerupakan kepala dengan buah-buahan.kalimat asal adalah innii la-araa ru-uusan kats-tsamaraat qad aina’at lalu dibuang musyabbah bih-nya dengan suatun khayalan bahwa bentuk kepala itu menjelma dalam bentuk buah.sebagai isyarat dalam musyabbah bih yang dibuang,ditetapkan kata yang menunjukan sifatnya yang khas yaitu kata aina’at Apabila musyabbah bih-nya tersembunyi,maka istiaarahnya disebut dengan istiaarah makniyah.demikian juga dengan lafad imtathaina dan lafad al-madju pada bait terakhir.


C.    PEMBAGIAN  ISTI’AARAH ASHLIYAH dan TAB’IYYAH
Isti’aarah disebut sebagai istiaarah asliyyah apabila isim(kata benda)yang dijadikan isitiaarah isim jamid.
Istiaarah disebut istiaarah taba’iyyah  apabila lafad yang dijadikan istiaarah berupa isim musytaq atau fi’il (kata kerja).
Karinah pada istiaarah taba’iyyah adalah makniyyah,namun bila isti’aarah taba’iyyah ini diberlakukan pada salah satu dari keduanya,maka tidak dapat dibuat pada yang lainnya.

D.    PEMBAGIAN ISTI’AARAH KEPADA MURASYSYAHAH,MUJARRADAH dan MUTHLAQAH
Isti’aarah murasysyahah adalah isti’arrah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dan musyabbah bih.
Isti’arrah mujarradah adalah isti’arrah yang disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah.
Isti’aarah muthlaqah adalah ist’arrah yang tidak disertai penyebutan kata-kata yang relevan dengan musyabbah bih-nya maupun musyabbah.
Suatu isti’arrah tidak dapat diklasifikasikan kedalam isti’arrah murasysyahah maupun isti’arrah mujarradah sebelum sempurna disebut karinahnya,baik lafdziyyah nya maupun haliyyah.oleh karena itu,karinah tashrhiyyah tidak dapat disebut sebagai cirri isti’aarah mujarradah,dan karinah isti’aarah makniyyah tidak dapat dijadikan sebagai cirri isti’aarah murasysyahah.

E.     ISTI’AARAH TAMTSILIYYAH
Adalah suatub susunan kalimat yang digunakan bukan pada makna aslinya karena ada hubungan keserupaan (antara makna asli dan makna majazi)disertai adanya karinah yang menghalangi pemahaman terhadap kalimat tersebut dengan maknanya yang asli. Contoh
عَادَالسَّيْفُ إِلَى قِرَابِهِ، وَحَلَّ الَّليْثُ مَنِيْعُ غَا بِهِ
Pedang itu telah kembali kesarungnya dan singa itu menempati sarangnya di hutan.(bagi seorang mujahid yang kembali ke negaranya setelah bepergian).
Penjelasannya, ketika seorang laki-laki habis bekerja pulang ke negaranya,maka ia bukanlah pedang hakiki yang kembali ke sarungnya dan bukan singa hakiki yang yang menempati kembali sarangnya.  Dengan demikian,kedua susunan kalimat itu tidak dipergunakan dalam arti yang hakikat,sehingga kedua kalimat itu adalah majaz.karinah nya adalah haliyyah.hubungan antara kedua makna hakiki dan majazi nya adalah musyabahah (unsure keserupaan) karena keadaan orang yang pergi jauh dari negaranya untuk bekerja keras dan kembalinya ke Negara nya  setelah lama bersusah payah diserupakan dengn pedang yang terhunus dari sarungnya.jadi setiap susunan yang demikian disebut dengan isti’aarah tamtsiliyyah.

F.     NILAI ISTIAARAH DALAM BALAGAH
Nilai Istiaarah dalam balagah dilhat dari dua segi. Jika dilihat dari segi lafaznya adalah bahwa susunan kalimatnya seakan-akan tidah mengindahkan tasybih, namun mengharuskan kita untuk menghayalkan suatu gambaran baru yang keindahannya memalingkan kita dari kandunagn kalimat berupa tasybih yang terselubung. Oleh karena itu, nilai istiaarah dalam balagah lebih besar daripada tasybih baligh, karena tasybih baligh, sekalipundisusun atas anggapan bahwa musyabbah  bih sama,namun tasybih nya tetap disengaja dan terlihat.berbeda dengan istu’aarah,padanya tasybih diabaikan lagi tersembunyi.
Adapun nilai isti’aarah dilihat dari segi rekayasa dan keindahan berilusi dan pengaruhnya dalam jiwa para pendengarnya adalah kesempatan yang leluasa untuk berkrasi dan adanya arena lomba bagi para pakar sastra.Contoh
نَسْرِقُ الدَّ مْعَ فِى اْلجُيُوْ بِ حَيَاءً   ٭  وَبِناَ مَا بِنَا مِنَ اْلأَ شْوَاقِ
Aku menyembunyikan air mataku di kantong baju karena malu,dan juga keriduan dalam hatiku.





G.    MAJAZ MURSAL
Adalah kata yang digunakan bukan untuk maknanya yang asli karena adanya hubungan yang selain keserupaan serta ada karinah yang menghalangi pemahaman dengan maknanya yang asli.contoh Firman Allah
uÚ^Íit\ãƒur Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# $]%øÍ 4  
………dan menurunkan untukmu rezeki dari langit.
Pada contoh ini rezeki tidak diturukan dari langit,melainkan yang diturunkan adalah air hujan yang dengannya tumbuh-tumbuhan menjadi hidup dn menjadi sumber rezeki bagi kita. Maka rezeki adalah musyabbab atau akibat dari turunnya hujan. Jadi hubungannya adalah musyabba bih.


BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Hakiakat dan majaz ini terdiri dari majaz lughawi ynag terdiri dari istia’arah Tashriihiyah, Makniyyah, Ashliyyah, Taba’iyyah, Murasysyahah,Mujarradah , Muthlaqah dan Tamtsiliyyah. Isti’aarah adalah tasybih yang dibuang salah satu harafnya.

B.       Saran
Ilmu Bayan termasuk ilmu yang sulit untuk difahami, untuk itu penulis menyarankan kepada para pembaca untuk memahami Ilmu Nahwu dan Sharaf sebagai dasar untuk memahami ilmu-ilmu bahasa Arab yang lainnya.













DAFTAR PUSTAKA


Al-Jarim Ali , Usman Mustafa. 1993. Al Balaghatul Wadi’ah. Bandung: Sinar Bani        Algensindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar